Kamis, 25 Agustus 2022

Membaca Ayat Al-Qur'an

Setelah mengucapkan aamiin hendaklah berhenti sejenak yang berfungsi sebagai jeda sebelum membaca ayat al-Qur'an. Sedangkan bagi imam, ia dianjurkan berhenti beberapa saat yang tujuannya adalah memberikan kesempatan kepada makmum untuk membaca surat al-Fatihah. Sehingga saat imam melafalkan bacaan surat, makmum dapat menyimak dan mendengarkannya dengan baik.

Syaikh Nawawi menuturkan:

وَيُسَنُّ لِلْإِمَامِ أَنْ يَسْكُتَ بَعْدَ تَأْمِيْنِهِ فِي الْجَهْرِيَّةِ بِقَدْرِ قِرَاءَةِ الْمَأْمُوْمِ الْفَاتِحَةَ إِنْ عَلِمَ أَنَّهُ يُقْرَؤُهَا فِي سَكْتَتِهِ وَأَنْ يَشْتَغِلَ فِيْهَا سِرًّا بِدُعَاءٍ أَوْذِكْرٍ أَوْقِرَاءَةٍ وَهِيَ أَوْلَى - شرخ مراقي العبودية: ٤٨

"Dan disunnahkan bagi imam setelah membaca aamiin pada shalat jahriyyah untuk diam dengan ukuran waktu (yang dibutuhkan) makmum membaca surat al-Fatihah. Dengan catatan bahwa ketika itu makmum biasanya membaca surat al-Fatihah. Pada saat berhenti, imam disunnahkan membaca doa, dzikir, atau ayat al-Qur'an secara pelan. Dan membaca ayat al-Qur'an itu lebih utama." (Maraqi al-Ubudiyyah: 48). 

Membaca surat al-Qur'an setelah bacaan al-Fatihah hukumnya adalah sunnah pada rakaat pertama dan kedua pada setiap shalat, baik yang jahriyyah maupun sirriyyah. Dasarnya adalah riwayat berikut ini:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ أَبِي قَتَادَةَ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقْرَأُ فِي الظُّهْرِ فِي اْلأُولَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَسُورَتَيْنِ وَفِي الرَّكْعَتَيْنِ اْلأُخْرَيَيْنِ بِأُمِّ الْكِتَابِ وَيُسْمِعُنَا الْآيَةَ وَيُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الْأُولَى مَا لاَ يُطَوِّلُ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ وَهَكَذَا فِي الْعَصْرِ وَهَكَذَا فِي الصُّبْحِ - رواه البخاري

"Dari Abdillah bin Abi Qatadah ra dari ayahnya, sesungguhnya Nabi Saw pada dua rakaat pertama shalat Zhuhur membaca surat al-Fatihah dan dua surat yang lain. Sedangkan pada dua rakaat terakhir hanya membaca surat al-Fatihah. Kadang kala suara bacaan beliau terdengar oleh kami. Dan Nabi Saw memperpanjang (bacaan) rakaat pertama melebihi rakaat kedua. Begitu pula yang beliau lakukan pada shalat Ashar dan Subuh." (Shahih al-Bukhari, Juz I, halaman 269 [743]).

Adapun tata cara membaca surat adalah seperti yang dijelaskan dalam kitab Fath al-Mu’in berikut:

وَيُسَنُّ لِمَنْ قَرَأَهَا مِنْ أَثْنَاءِ سُوْرَةٍ اَلْبَسْمَلَةُ نَصَّ عَلَيْهِ الشَّافِعِيُّ. وَسُوْرَةٌ كَامِلَةٌ حَيْثُ لَمْ يُرِدِ الْبَعْضَ كَالتَّرَاوِيْحِ أَفْضَلُ مِنْ بَعْضٍِ طَوِيْلٍ وَإِنْ طَالَ وَيُسَنُّ أَنْ يُطَوِّلَ قِرَأَةَ اْلأُوْلَى عَلَى الثَّانِيَةِ مَالَمْ يَرِدْ نَصٌّ بِتَطْوِيْلِ الثَّانِيَةِ وَأَنْ يَقْرَأَ عَلَى تَرْتِيْبِ الْمُصْحَفِ وَعَلَى التَّوَالِي مَالَمْ تَكُنْ الَّتِى تَلِيْهَا أَطْوَلُ - فتح المعين : ١٩ 

"(Pertama) Orang yang membaca dari pertengahan ayat tetap sunnah membaca basmalah sebelumnya. Demikian ditegaskan oleh Imam Syafi'i. (Kedua) Ketika tidak ada maksud untuk melanjutkan bacaan pada rakaat kedua, seperti pada shalat Tarawih, maka membaca satu surat secara sempurna lebih utama daripada membaca sebagian surat meskipun lebih panjang. (Ketiga) Sunnah memperpanjang bacaan rakaat pertama daripada rakaat kedua selama tidak ada dalil yang memerintahkan untuk memperpanjang bacaan pada rakaat kedua. (Keempat) Sunnah membaca sesuai urutan yang ada pada mushhaf serta secara berurutan, selama bacaan berikutnya tidak lebih panjang." (Fath al-Mu'in: 19).

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar