Kamis, 18 Agustus 2022

Membaca Surat Al-Fatihah (Bagian Kedua)

2. Membaca Basmalah

Setelah membaca ta’awwudz secara perlahan, maka hendaklah surat al-Fatihah diawali dengan bacaan  basmalah. Membaca basmalah hukumnya wajib karena ia merupakan salah satu ayat dari surat al-Fatihah. Oleh karena itu, jika ada orang yang shalat tanpa membaca basmalah maka shalatnya tidak sah.

Adapun dalil yang menegaskan bahwa basmalah merupakan bagian dari surat al-Fatihah adalah firman Allah Swt berikut:

وَلَقَدْ أَتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِيْ وَالْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ - الحجر: ٧

"Dan sungguh Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang berulang-ulang dan al-Qur'an yang agung." (QS. al-Hijr: 87).

Dalam ayat tersebut ada kalimat tujuh ayat yang berulang-ulang, dan yang dimaksud dengan hal itu adalah surat al-Fatihah, sebab al-Fatihah itu terdiri dari tujuh ayat yang dibaca secara berulang-ulang pada tiap-tiap rakaat shalat. Dalam sebuah hadits dijelaskan:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي - واه أحمد وابو داود والترمذي

"Dari Abu Hurairah ra beliau berkata, "Rasulullah Saw bersabda bahwa al-hamdulillaahi rabbil 'aalamiin merupakan induk al-Qur'an, pokoknya al-Kitab, serta surat al-sab'ul matsaani." (Sunan Abi Dawud, Juz I, halaman 461 [1457], Sunan al-Tirmidzi, Juz V, halaman 297 [3124], Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz II, halaman 448 [9789], tergolong hadits hasan dan shahih).

Berdasarkan keterangan hadits tersebut jelaslah bahwa basmalah merupakan ayat yang pertama dari surat al-Fatihah. Sebab jika tanpa basmalah, maka surat al-Fatihah itu hanya terdiri dari enam ayat, dan ini tidak sesuai dengan penyebutan tujuh ayat yang berulang-ulang itu. Di dalam hadits yang lain, keterangan  Rasulullah Saw tentang hal itu semakin jelas:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا قَرَأْ تُمُ الْحَمْدُ لِلَّهِ فَاقْرَأُوْا بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. إِنَّهَا أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي وَبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ إِحْدَاهَا  - واه الدارقطني والبيهقي بسند صحيح

"Dari Abu Hurairah ra ia berkata, "Rasulullah Saw bersabda, "Jika kalian membaca al-hamdulillaah (surat al-Fatihah) maka bacalah bismillaahirrahmaanirrahiim. Sesungguhnya al-Fatihah itu induk al-Qur'an dan al-Kitab serta tujuh ayat yang diulang-ulang. Dan bismillaahirrahmaanirrahiim adalah salah satu ayatnya." (Sunan al-Daruquthni, Juz I, halaman 312 [36], Sunan al-Baihaqi, Juz II, halaman 45 [36]. Sanad hadits ini adalah shahih).

Bahkan Rasulullah Saw sendiri mempraktikkannya di dalam shalat sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ummi Salamah ra.

عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ: أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي الصَّلاَةِ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَعَدَّهَا آيَةً اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ آيَتَيْنِ اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ ثَلاَثَ أَيَاتٍ مَلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ أَرْبَعَ آيَاتِ وَقَالَ هَكَذَا إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ وَجَمَعَ خَمْسَ أَصَابِعِهِ - رواه البيهقي وصححه ابن خزيمة والحاكم

"Dari Ummi Salamah, sesungguhnya Rasulullah Saw di dalam shalat membaca "bismillaahirrahmaanirrahiim" dan menghitungnya sebagai ayat pertama, "Alhamdulillaahi rabbil 'aalamiin" ayat kedua, "arrahmaanirrahiim" ayat ketiga, "maaliki yaumiddiin" ayat ke empat. Dan Rasulullah Saw bersabda, "Begitu pula "iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin". Dan beliau menunjukkan lima jarinya." (Sunan al-Baihaqi, Juz II, halaman 4 [2214], Shahih Ibn Khuzaimah, Juz I, halaman 248 [493], al-Mustadrak ala al-Shahihain, Juz I, halaman 356 [848]. Menurut Ibn Khuzaimah dan al-Hakim, hadits ini shahih).

Nah, berdasarkan dalil inilah Imam Syafi'i mengatakan bahwa basmalah merupakan bagian dari ayat yang tujuh dalam surat al-Fatihah. Jika ditinggalkan, baik seluruhnya maupun sebagian, maka rakaat shalatnya menjadi tidak sah.

قَالَ الشَّافِعِيُّ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اْلأَيَاتُ السَّابِعَةُ فَإِنْ تَرَكَهَا أَوْ بَعْضَهَا لَمْ تُجْزِهِ الرَّكْعَةُ الَّتِيْ تَرَكَهَا فِيْهَا - الأم ج١ ص١٢٩

"Imam Syafi'i mengatakan bahwa basmalah merupakan tujuh ayat dari surat al-Fatihah. Apabila ditinggalkan atau tidak dibaca sebagian ayatnya, maka rakaatnya tidak cukup." (al-Umm, Juz I, halaman 129).

Karena merupakan bagian dari surat al-Fatihah, maka basmalah ini juga dianjurkan untuk dikeraskan ketika seseorang membaca al-Fatihah dalam shalat jahriyyah. Dasar hukumnya adalah hadits Nabi Saw  berikut ini:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْهَرُ بِالْبَسْمَلَةَ - رواه الطبراني والدارقطني

"Dari Abu Hurairah ra, bahwa Nabi Saw (selalu) mengeraskan basmalah (dalam shalat)." (Sunan al-Daruquthni, Juz I, halaman 307 [20], al-Mu'jam al-Kabir, Juz X, halaman 277 [10651], al-Mu'jam al-Awsath, Juz I, halaman 15 [35]).

Kesunnahan mengeraskan bacaan basmalah ini ditegaskan di dalam banyak kitab hadits. Itulah sebabnya amaliah ini terus dilakukan dari satu generasi ke generasi yang lain sebagaimana dicontohkan oleh sahabat nabi dan para pengikutnya.

عَنْ مُحَمَِّدٍ بْنِ أَبِي السِّرِّي اَلْعَسْقَلاَّنِي قَالَ صَلَّيْتُ خَلْفَ الْمُعْتَمَرِ بْنِ سُلَيْمَانَ مَا لاَ أُحْصِي صَلاَةَ الصُّبْحِ وَالْمَغْرِبِ فَكَانَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ قَبْلَ فَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَبَعْدَهَا. وَسَمِعْتُ الْمُعْتَمَرَ يَقُوْلُ: مَا آلُوْا أَنْ اَقْتَدِيَ بِصَلاَةِ أَبِي وَقَالَ أَبِي: مَا آلُوْا أَنْ اَقْتَدِيَ بِصَلاَةِ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ وَقَالَ أَنَسُ بْنُ مَالِكٍ مَا آلُوْا أَنْ اَقْتَدِيَ بِصَلاَةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - رواه الحاكم في المسترك  

"Dari Muhammad bin Abi al-Sirri al-Asqallani ia berkata, "Aku sering shalat Subuh dan Magrib bermakmum kepada Mu'tamar bin Sulaiman. Dan ia mengeraskan bacaan basmalah sebelum al-Fatihah dan setelahnya. Dan aku mendengar Mu'tamar berkata, "Cara seperti ini aku lakukan karena aku mengikuti shalat ayahku. Dan ayahku berkata, "Aku mengikuti shalat Anas bin Malik ra. Dan Anas bin Malik ra berkata, "Aku mengikuti cara shalat Rasulullah Saw." (al-Mustadrak, Juz I, halaman 385 [854]).

Atas beberapa dalil ini, Ali Nayif Biqa'i dalam tahqiq kitab Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi karangan al-Subki menjelaskan:

قَالَ ابْنُ خُزَيْمَةَ فِي مُصَنَّفِهِ فَأَمَّا الْجَهْرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فَقَدْ صَحَّ. وَثَبَتَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِإِسْنَادٍ مُتَّصِلٍ لاَشَكَّ وَلاَ ارْتِيَابَ عِنْدَ أَهْلِ الْمَعْرِفَةِ بِالْأَخْبَارِ فِي صَحَّةِ سَنَدِهِ وَاتِّصَالِهِ فَذَكَرَ هَذَا الْحَدِيْثَ. ثُمَّ قَالَ فَقَدْ بَانَ وَثَبَتَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَجْهَرُ بِبِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ فِي الصَّلاَةِ - معنى قول الإمام المطلبي إذا صح الحديث فهو مذهبي، تحقيق على نايف بقاعى ١٦١

"Ibnu Khuzaimah berkata dalam sebuah karangannya, (pendapat yang mengatakan sunnah) mengeraskan basmalah merupakan pendapat yang benar. Telah ada hadits dari Nabi Saw dengan sanad yang muttashil (urutan perawi hadits yang sampai langsung kepada Rasulullah Saw), tidak diragukan, serta tidak ada keraguan dari para ahli hadits tentang shahih serta muttashil-nya sanad hadits ini. Lalu Ibnu Khuzaimah berkata, "Telah jelas, dan telah terbukti bahwa Nabi Saw (dalam hadits yang menyatakan) mengeraskan bacaan basmalah dalam shalat." (Ma'na Qawl al-Imam al-Muththalibi Idza Shahha al-Hadits Fahuwa Madzhabi: 161).

Bersambung...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar