Jumat, 05 Mei 2023

Tafsir Surat Ali Imran Ayat 18

شَهِدَ اللهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُولُوا الْعِلْمِ قَآئِمًا بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيْزُ الْحَكِيْمُ -- ال عمران: ١٨

شَهِدَ اللهُ] بَيَّنَ لِخَلْقِهِ بِالدَّلاَئِلِ وَالْآيَاتِ [أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ] أَيْ لاَ مَعْبُوْدَ فِي الْوُجُوْدِ بِحَقٍّ [إِلاَّ هُوَ وَ] شَهِدَ بِذَلِكَ [الْمَلاَئِكَةُ] بِاْلإِقْرَارِ [وَأُولُوا الْعِلْمِ] مِنْ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ بِالْإِعْتِقَادِ وَاللَّفْظِ [قَآئِمًا] بِتَدْبِيْرِ مَصْنُوْعَاتِهِ وَنَصْبُهُ عَلَى الْحَالِ وَالْعَامِلُ فِيْهَا مَعْنَى الْجُمْلَةِ أَيْ تَفَرَّدَ [بِالْقِسْطِ] بِالْعَدْلِ [لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ] كَرَّرَهُ تَأْكِيْدًا [الْعَزِيْزُ] فِي مُلْكِهِ [الْحَكِيْمُ] فِي صُنْعِهِ

[Allah menyaksikan] artinya menjelaskan kepada hamba-hamba-Nya dengan dalil-dalil dan ayat-ayat [bahwasanya tidak ada Tuhan] yakni tidak ada yang disembah dalam wujud ini dengan benar [melainkan Dia, dan] menyaksikan pula atas yang demikian itu [para malaikat] dengan pengakuan mereka [dan orang-orang yang berilmu] dari kalangan para nabi dan orang-orang beriman, baik dengan keyakinan maupun dengan perkataan [menegakkan keadilan] dengan mengatur makhluk ciptaan-Nya. Manshub disebabkan kedudukannya sebagai hal, sedangkan yang menjadi amilnya ialah arti keseluruhan yakni hanya Allah-lah yang mengatur makhluk-Nya dengan seadil-adilnya. [Tidak ada Tuhan melainkan Dia] diulangi kembali memperkokoh perkataan sebelumnya [Yang Maha Perkasa] dalam kerajaan-Nya [lagi Maha Bijaksana] dalam perbuatan dan ciptaan-Nya.

Penjelasan:

Kata syahida yang di atas diterjemahkan dengan menyaksikan, mengandung banyak arti, antara melihat mengetahui, menghadiri, dan menyaksikan, baik dengan mata kepala maupun dengan mata hati. Seorang saksi adalah yang menyampaikan kesaksian di pengadilan atas dasar pengetahuan yang diperolehnya. Dari sini kata menyaksikan di atas dipahami dalam arti menjelaskan dan menerangkan kepada seluruh makhluk.

Allah menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia. Kesaksian Allah terlaksana bukan saja melalui pernyataan-pernyataan-Nya dalam al-Qur’an, seperti misalnya firman-Nya dalam ayat al-Kursi, dan surah al-Ikhlash, atau penyampaian-Nya dalam kitab-kitab suci yang lain, tetapi juga pada tanda-tanda keesaan dan kebesaran-Nya yang Dia bentangkan di alam raya. Kesaksian itu merupakan kesaksian diri-Nya terhadap diri-Nya.

Setelah menjelaskan kesaksian Allah atas diri-Nya, ayat ini melanjutkan bahwa para malaikat pun ikut menyaksikan. Kesaksian malaikat tecermin dalam ketaatan mereka kepada Allah. Bukan hanya para malaikat, tetapi orang-orang yang berilmu juga menyaksikan bahwa tiada Tuhan melainkan Dia, Allah yang 'Maha Esa. Kesaksian mereka berdasarkan dalil-dalil logika yang tidak terbantahkan, juga pengalaman-pengalaman ruhani yang mereka dapatkan.

Kata qa’im bermakna melaksanakan sesuatu secara sempurna dan berkesinambungan. Allah melaksanakan al-qisth secara sempurna dan berkesinambungan. Apakah al-qisth? Banyak yang mempersamakannya dengan keadilan. Tetapi pendapat itu tidak sepenuhnya benar.

Ketika menjelaskan sifat Allah al-Muqsith, yang terambil dari akar kata yang sama dengan Qisth, Imam Ghazali, dalam kitabnya Asma al Husna, menjelaskan bahwa, al-Muqsith adalah Yang memenangkan/membela yang teraniaya dari yang menganiaya dengan menjadikan yang teraniaya dan menganiaya sama-sama rela, sama puas dan senang dengan hasil yang diperoleh. Dengan demikian, Qisth bukan hanya adil, tetapi sekaligus menjadikan kedua belah pihak, atau semua pihak, mendapatkan sesuatu yang menyenangkan.

Setelah menegaskan bahwa Dia melaksanakan segala sesuatu di alam raya ini berdasar keadilan yang menyenangkan semua pihak, maka kesaksian terdahulu diulangi sekali lagi, Tiada Tuhan melainkan Dia. Hanya saja kalau kesaksian pertama bersifat kesaksian ilmiah yang berdasarkan dalil-dalil yang tak terbantah, maka kali kedua ini adalah kesaksian faktual yang dilihat dalam kenyataan oleh Allah, para malaikat, dan orang-orang yang berpengetahuan. Itu terlaksana secara faktual, karena Dia Yang Maha Perkasa, sehingga tidak satu pun yang dapat menghalangi atau membatalkan kehendak-Nya; lagi Maha Bijaksana, sehingga segala sesuatu di tempatkan pada tempat yang wajar.

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar