Selasa, 31 Januari 2023

Tolok Ukur Mendapatkan Satu Rakaat

Dalam madzhab Syafi’i shalat berjamaah dihukumi fardhu kifayah untuk dilakukan, sehingga di setiap daerah seharusnya ada yang menunaikan shalat berjamaah agar penduduknya terhindar dari perbuatan dosa. Saat ini semangat untuk menunaikan shalat berjamaah terus meningkat, dan semoga akan terus meningkat. Yang sering memunculkan pertanyaan adalah apa yang menjadi tolok ukur di dalam shalat berjamaah bahwa seseorang itu telah mendapatkan satu rakaat.

Pertanyaan yang demikian itu sudah mendapat jawaban dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Beliau bersabda:

مَنْ أَدْرَكَ الرُّكُوْعَ فَقَدْ أَدْرَكَ الرَّكْعَةَ

“Barangsiapa yang mendapatkan ruku’ (bersama imam), maka ia telah mendapatkan satu rakaat.” (HR Imam Bukhari dan Muslim)

Kamis, 26 Januari 2023

Memperbanyak Dzikrullah dan Tilawah Al-Qur’an (Bagian Kedua)

Dalam riwayat lain, Makhul menegaskan, “Menyebut dan mengingat nama Allah adalah obat, sedangkan menyebut dan mengingat nama sesama manusia adalah penyakit.”

Di sini dzikrullah berfungsi sebagai obat, yakni obat bagi penyakit hati yang mengeras. Sungguh tidak ada obat lain yang dapat melembutkan kembali hati yang telah membeku kecuali dzikrullah.

Salman Al-Farisi suatu ketika didatangi seseorang yang hendak mengajukan pertanyaan padanya, “Wahai Salman, beritahukan padaku amal apakah yang paling istimewa?” Salman menjawab, “Tidakkah engkau membaca surat Al-Ankabut [29] ayat 45? Di sana Allah Swt. menegaskan: ‘Sesungguhnya mengingat Allah adalah lebih besar keistimewaannya daripada ibadah yang lain.’”

Senin, 09 Januari 2023

Memperbanyak Dzikrullah dan Tilawah Al-Qur’an (Bagian Pertama)

“Kebutuhan hati terhadap dzikir laksana kebutuhan ikan terhadap air.” Demikian Ibnu Taimiyah menjelaskan kedudukan dzikir bagi hati manusia. Kita tentu bisa bayangkan betapa pentingnya dzikir bagi hati. Ikan tanpa adanya air akan mati. Begitu pula dengan hati, ia akan mati ketika dzikir tak pernah bergetar di dalamnya.

Sementara Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa dzikir merupakan makanan pokok bagi hati. Keadaan hati yang tanpa dzikir laksana tubuh yang tak pernah terisi makanan bergizi. Apabila tubuh tak pernah mengonsumsi makanan bergizi, bisa dipastikan keadaannya akan kurus tanpa tenaga. Tubuh akan sulit berkembang dan potensi diri tak bisa dimaksimalkan.

Demikianlah gambaran bagi hati yang tanpa dzikir. Kelembutannya akan hilang dan digantikan dengan keadaan yang keras. Bila hati sudah mengeras maka tak ada lagi ruang bagi petunjuk di dalamnya. Manusia yang hidup tanpa hati yang terisi petunjuk akan mempertuhan nafsunya, dan pada akhirnya nilainya akan jatuh bahkan lebih rendah daripada seekor hewan.

Sabtu, 07 Januari 2023

Agar Hati Tetap Hidup

Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُوْرِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ 

“Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhan-mu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada di dalam dada dan petunjuk, serta rahmat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Yunus [10]: 57)

Hidup dan matinya hati seseorang sangat bergantung pada amal yang dilakukannya. Tatkala ketaatan menjadi kebiasaan yang menghiasi kehidupan sehari-hari seorang hamba, maka sudah bisa dipastikan bahwa kehidupan hati berlangsung dengan baik. Sebaliknya, bila kemaksiatan yang mewarnai hidup seorang hamba, maka pun bisa dipastikan bahwa kehidupan hatinya akan terganggu, bahkan bisa mematikannya.

Hal itu dikarenakan ketaatan adalah sumber utama energi kehidupan bagi hati, sementara kemaksiatan merupakan jalan utama masuknya racun yang akan menggerogoti kehidupan hati, yang lambat laun membawa hati pada tahap kematian.