Senin, 31 Agustus 2015

Tradisi Mitoni, Bid'ahkah?

Seperti halnya ngapati (ngupati), mitoni (tingkepan) juga merupakan tradisi baik yang hidup di tengah masyarakat Islam di tanah Jawa. Mitoni (tingkepan) biasanya diadakan setelah kehamilan memasuki usia 7 bulan, yakni ketika kandungan dirasakan sudah berbobot dan berbeban. Amalan yang diadakan di dalamnya, di samping bersedekah, juga berdoa memohon kepada Allah agar si bayi yang ada di dalam kandungan diberi keselamatan serta ditakdirkan selalu dalam kebaikan di kehidupan dunia dan akhiratnya.

Menurut kelompok yang membid'ahkan, tradisi mitoni (tingkepan) juga berasal dari tradisi Hindu. Amalan ini tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Saw dan para sahabat. Tidak ada dalil dari al Qur'an maupun sunnah yang memerintahkan umat Islam untuk mengadakan mitoni (tingkepan). Tradisi ini adalah perkara baru yang diada-adakan. Ia adalah bid'ah dan setiap bid'ah adalah sesat. Orang yang mengamalkannya akan disiksa di dalam neraka. 

Rabu, 26 Agustus 2015

Cermin Anak

Suatu hari, di sebuah sekolah diadakan pementasan drama yang meriah, dengan pemain yang seluruhnya merupakan siswa di sekolah tersebut. Setiap anak mendapatkan peran. Mereka mengenakan kostum sesuai dengan tokoh yang mereka perankan. Semuanya antusias, karena akan ada hadiah untuk siswa yang penampilannya paling bagus. Para orangtua siswa turut hadir menyemarakkan acara tersebut.

Pementasan drama berjalan sempurna. Semua siswa tampil maksimal. Ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya. Ada pula yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkan di bahu. Di sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut wajah ketus, karena ia mendapat peran sebagai pak tua yang pemarah. Sementara di sudut lain, ada seorang anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan dari para orangtua dan guru kerap terdengar di sisi kiri dan kanan panggung.

Kamis, 20 Agustus 2015

Tradisi Ngapati (Ngupati)

Tradisi ngapati (ngupati) yang biasanya dilaksanakan pada bulan keempat dari kehamilan seseorang pada hakikatnya adalah acara berdoa yang dilaksanakan secara bersama-sama untuk memohonkan kepada Allah agar kelak anak yang akan dilahirkan menjadi manusia yang utuh, sempurna, sehat, memperoleh anugerah rezki yang berkah dan luas, berumur panjang penuh dengan nilai-nilai ibadah, dan memperoleh keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat. Dan di dalamnya juga terdapat unsur sedekah. Namun sayang, amalan yang baik ini disalahpahami oleh sebagian orang sehingga tanpa sungkan mereka memvonisnya sebagai perbuatan bid’ah yang akan menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka.

Menurut kelompok yang membid’ahkan, tradisi ngapati (ngupati) adalah tradisi Hindu yang masih melekat di kehidupan umat Islam di tanah Jawa. Amalan yang demikian itu tidak pernah diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan tidak mempunyai landasan di dalam syariat Islam. Tradisi ini adalah perkara baru yang diada-adakan. Oleh karena itu, tradisi ngapati (ngupati) termasuk bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. Orang yang mengamalkannya adalah pelaku kesesatan yang kelak akan disiksa di dalam neraka.  

Senin, 17 Agustus 2015

Ini Alasannya Mengapa Anda Harus Bershalawat

Perlu diketahui bahwa bershalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bukanlah suatu amalan yang diada-adakan (bid'ah). Membaca shalawat bukanlah amaliah yang muncul akhir-akhir ini. Ia memiliki landasan syariat yang secara langsung disampaikan perintahnya oleh Allah di dalam al Qur'an. 

Simaklah ayat berikut ini:


إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا

“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. al-Ahzab [33]: 56)

Apa yang terlitas di hati Anda setelah membaca dan memperhatikan ayat di atas? Tentunya Anda menemukan informasi yang begitu jelas bahwa Allah sendiri sebagai Sang Pencipta Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam turut bershalawat kepadanya. Tidak ada satu amalan pun yang diperintahkan Allah kepada kita untuk melaksanakannya dan Dia sendiri melakukannya selain shalawat. Allah memerintahkan kita untuk bershalawat kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan Dia pun turut bershalawat.

Minggu, 16 Agustus 2015

Beginilah Jika Bersaudara

Ada dua orang bersaudara bekerja sama menggarap ladang milik keluarga mereka. Si kakak telah menikah dan memiliki keluarga yang cukup besar. Si adik masih lajang dan berencana untuk tidak menikah. Saat musim panen tiba, mereka selalu membagi hasil panen sama rata.

Pada suatu hari, si adik berkata dalam hatinya, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku masih lajang dan kebutuhanku hanya sedikit."
Akhirnya si adik mengambil sekarung padi miliknya, dan dengan diam-diam meletakkan karung tersebut di lumbung milik kakaknya. Sekarung ia anggap cukup untuk mengurangi beban si kakak dan keluarganya.

Si kakak yang sudah menikah pun merasa gelisah dengan nasib adiknya. Ia berpikir, "Tidak adil jika kami membagi rata semua hasil yang kami peroleh. Aku memiliki istri dan anak-anak yang akan merawatku kelak saat usiaku tua. Sedangkan adikku tak punya siapa-siapa, tidak akan ada yang peduli jika ia tua nanti. Ia berhak memperoleh hasil lebih dibanding aku."

Sabtu, 15 Agustus 2015

Memahami Makna Hadits "Semua Bid'ah adalah Sesat"

Sebelum uraian perihal makna hadits "semua bid'ah adalah sesat" disampaikan, sebaiknya kita simak terlebih dahulu bunyi hadits tersebut.

عن عبد الله بن مسعود، ان رسول الله صلى الله عليه وسلم قال الا واياكم ومحدثات الامور فان شر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة

"Dari Abdullah bin Mas'ud ra, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ingatlah, berhati-hatilah kalian, jangan sampai membuat hal-hal yang baru. Karena perkara yang paling jelek adalah membuat-buat hal baru dalam masalah agama. Dan setiap perbuatan baru yang dibuat itu adalah bid'ah. Dan sesungguhnya semua bid'ah adalah sesat." (HR Ibnu Majah)

Dalam menjelaskan makna hadits di atas, para ulama Ahlussunnah wal Jama'ah (Aswaja) berpendapat bahwa "semua bid'ah adalah sesat", merupakan kata-kata umum yang jangkauannya harus dibatasi ('ammun makhshush). Imam Nawawi berkata tentag hadits ini:

Jumat, 14 Agustus 2015

Terjemah Kitab Fathul Mu'in

Sebagaimana yang telah kita maklumi bahwa kitab Fathul Mu'in di kalangan pesantren merupakan sebuah kitab hukum Islam yang dianggap sukar dan sulit dipahami. Sehingga kitab tersebut menjadi barometer kepandaian para santri dalam membaca dan memahami kitab-kitab fiqih lainnya yang berbahasa Arab.

Nah, di sini kami akan membagikan kepada Anda link-link yang dari Anda akan bisa mendownloadnya secara gratis terjemah kitab Fathul Mu'in lengkap sebanyak 3 jilid. Berikut link-nya dan semoga bermanfaat.

Jilid 1a, klik di sini
Jilid 1b, klik di sini  
Jilid 1c, klik di sini

Jilid 2a, klik di sini
Jilid 2b, klik di sini
Jilid 2c, klik di sini
Jilid 2d, klik di sini
Jilid 2e, klik di sini
Jilid 2f, klik di sini
Jilid 2g, klik di sini

Memahami Makna Bid'ah

Imam Izzuddin bin Abdissalam mengatakan:

البدعة فعل مالم يعهد في عصر رسول الله صلى الله عليه وسلم

"Bid'ah adalah melakukan sesuatu yang tidak pernah dikenal pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam." (Qawa'id al Ahkam fi Mashalih al Anam, 2/172)

Menurut pengertian yang diberikan oleh Imam Izzuddin bin Abdissalam ini, seluruh perbuatan atau amalan keagamaan yang belum ada dan tidak dikenal pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah bid'ah, meskipun perbuatan itu adalah perbuatan yang baik.

Dengan demikian, berdasarkan pengertian ini mengumpulkan ayat-ayat al Qur'an dalam satu mushhaf, menulis kitab-kitab hadits, membukukan berbagai kajian fiqih dan tafsir, memperingati maulid Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, khutbah dengan selain bahasa Arab, menunaikan ibadah haji dengan naik pesawat, arisan haji, pengajian setiap Ahad pagi, dan berbagai macam amalan baik lainnya adalah bid'ah. Mengapa? Karena semua hal itu belum pernah ada pada masa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Memahami Makna Shalawat

Sebagai seorang Muslim tentunya Anda tidak asing dengan shalawat. Bahkan bisa dipastikan bahwa Anda pernah dan sering membaca shalawat, setidaknya tatkala melakukan shalat yang di dalamnya kita mesti membaca shalawat setelah bacaan tasyahud.  

Namun tentunya tidak mudah bagi setiap Muslim untuk menjawab ketika ditanya apa sebenarnya yang dimaksud dengan shalawat. Kebanyakan kita hanya bisa mengatakan bahwa shalawat adalah sesuatu yang selalu dikaitkan dengan Rasulullah Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam. 

Secara bahasa, makna shalawat adalah doa, berkah, rahmat dari Allah, dan ibadah. Dalam bahasa Arab, 'shalawat' adalah bentuk jamak dari kata 'shalat'. Jika shalawat dilakukan manusia, maka ia berarti permohonan; jika dilakukan oleh malaikat, maka maknanya adalah permohonan ampunan (maghfirah); dan jika yang melakukan shalawat adalah Allah, maka maknanya adalah curahan rahmat dari-Nya.

Sepatu Si Bapak Tua

Suatu hari, seorang bapak tua bepergian menaiki bus kota. Saat menginjakkan kakinya ke tangga bus, salah satu sepatunya terlepas dan jatuh ke jalan. Sayang, pintu tertutup dan bus pun berlari cepat. Bus ini hanya akan berhenti di halte berikutnya yang jaraknya cukup jauh sehingga ia tak mungkin memungut sepatu yang jatuh.

Menghadapi kenyataan tersebut, si bapak tua itu melepas sepatunya yang tinggal sebelah dan melemparkan ke luar jendela. Seorang pemuda yang duduk dalam bus tercengang dan bertanya kepada bapak tua tersebut, "Mengapa Bapak melemparkan sepatu Bapak yang tinggal sebelah itu?"

Dengan tenang dan diiringi senyum, bapak tua itu menjawab, "Supaya siapa pun yang menemukan sepatu saya, ia bisa memanfaatkannya."