Minggu, 02 Juli 2023

Mengakui Kelemahan Diri

Diriwayatkan bahwa dalam khutbahnya yang lain, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra pernah berkata:

“Demi Allah, aku bukanlah orang terbaik di antara kalian. Aku dalam posisi dan keadaan terpaksa. Aku ingin di antara kalian ada yang mampu menggantikan posisiku ini. Apakah kalian mengira aku akan melaksanakan sunnah Rasulullah Saw secara penuh? Tidak, aku tidak mampu melaksanakan semuanya. Sesungguhnya Rasulullah Saw dijaga dengan wahyu, dan malaikat bersama beliau. Sementara setan bersamaku, yang selalu menggodaku. Jika aku marah maka menjauhlah dariku, agar aku tidak menzalimi rambut dan kulit kalian. Perhatikanlah ucapanku ini!” (Kitab Kanzul Ummal pada hadits nomor 14118).

Tegukan Hikmah

Ini adalah pengakuan yang jujur dari salah seorang sahabat utama Nabi Saw. Di sini Abu Abakar Ash-Shiddiq ra mengakui bahwa posisi yang disandangnya sebagai seorang khalifah bukanlah karena ia telah menjadi manusia terbaik di antara manusia yang ada pada saat itu. Jabatan khalifah adalah sebuah amanah yang diberikan kepadanya. Beliau tidak bisa menolak saat amanah diembankan kepadanya.

Pengakuan lainnya adalah meskipun beliau sangat dekat dengan Nabi Saw, namun itu tidak berarti memberikan kemampuan baginya untuk mengamalkan seluruh sunnah yang berasal dari Beliau Saw. Abu Bakar ra menyadari kelemahannya sebagai makhluk yang sangat berbeda dengan Rasulullah Saw. Rasul Saw selalu dijaga Allah dengan wahyu dan para malaikat-Nya, sementara Abu Bakar ra selalu berhadapan dengan setan yang tak kenal lelah berusaha menggodanya.

Nilai luar biasa yang dikandung oleh nasihat ini adalah kejujuran untuk mengakui kekurangan diri dan tidak merasa menjadi manusia yang paling utama hanya karena jabatan yang disandang. Sikap inilah yang sudah banyak pudar, bahkan hilang dari diri para pemimpin manusia masa kini. Sebagian besar mereka menyangka, jabatan yang mereka sandang telah menempatkan mereka pada posisi yang jauh lebih mulia dan istimewa dibanding yang lain. Akibatnya, dalam segala aspek kehidupan, mereka meminta untuk diistimewakan.

Di sisi lain, di tengah umat Rasulullah Saw ini, sering kali muncul manusia-manusia yang merasa dirinya telah mengamalkan secara utuh seluruh sunnah beliau. Sehingga mereka memandang saudara muslimnya yang lain sebagai manusia-manusia yang tak mengenal sunnah dan hidup di luar garis yang diarahkan Baginda Rasul Saw. Tentu saja sikap seperti itu jauh dari sikap yang ditunjukkan sahabat Nabi, Abu Bakar Ash-Shiddiq ra.

Melalui nasihat ini, hendaklah kita kembali pada pengakuan hakiki, bahwa sesungguhnya kita tidaklah lebih istimewa dan lebih mulia daripada manusia lainnya. Sikap terbaik yang harus kita pilih adalah senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dan menyemangati diri untuk selalu mengamalkan sunnah-sunnah Rasululllah Saw, tanpa harus merasa telah menjadi manusia sempurna dan istimewa di antara makhluk ciptaan Allah di dunia ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar