Senin, 09 Januari 2023

Memperbanyak Dzikrullah dan Tilawah Al-Qur’an (Bagian Pertama)

“Kebutuhan hati terhadap dzikir laksana kebutuhan ikan terhadap air.” Demikian Ibnu Taimiyah menjelaskan kedudukan dzikir bagi hati manusia. Kita tentu bisa bayangkan betapa pentingnya dzikir bagi hati. Ikan tanpa adanya air akan mati. Begitu pula dengan hati, ia akan mati ketika dzikir tak pernah bergetar di dalamnya.

Sementara Ibnul Qayyim menjelaskan bahwa dzikir merupakan makanan pokok bagi hati. Keadaan hati yang tanpa dzikir laksana tubuh yang tak pernah terisi makanan bergizi. Apabila tubuh tak pernah mengonsumsi makanan bergizi, bisa dipastikan keadaannya akan kurus tanpa tenaga. Tubuh akan sulit berkembang dan potensi diri tak bisa dimaksimalkan.

Demikianlah gambaran bagi hati yang tanpa dzikir. Kelembutannya akan hilang dan digantikan dengan keadaan yang keras. Bila hati sudah mengeras maka tak ada lagi ruang bagi petunjuk di dalamnya. Manusia yang hidup tanpa hati yang terisi petunjuk akan mempertuhan nafsunya, dan pada akhirnya nilainya akan jatuh bahkan lebih rendah daripada seekor hewan.

Begitu banyak kebaikan yang dihasilkan apabila hati senantiasa berdzikir. Dzikir dapat mengusir pengaruh setan. Hati yang selalu berdzikir takkan mudah diperdaya dan ditundukkan oleh bujuk rayu setan. Hati yang senantiasa terhubung kepada Allah akan memperoleh limpahan keridhaan-Nya. Allah akan melenyapkan kesulitan darinya. Allah akan mengganti kesedihan hatinya dengan ketentraman dan kebahagiaan. Dari dalam hati yang selalu dzikrullah akan terbit cahaya, memancar ke raut wajah, melukiskan keceriaan padanya. Hamba yang banyak berdzikir akan mendapatkan jubah kemuliaan, mencicipi manisnya iman, dan melahirkan mahabbatullah. Lalu, di atas landasan mahabbatullah itulah ia bertakwa kepada Allah Swt.

Keistimewaan lainnya dari dzikrullah adalah sebagai sebuah bentuk ibadah yang ringan dalam mengerjakannya, namun memiliki nilai pahala yang besar bahkan berada di atas nilai pahala pada ibadah-ibadah lainnya.

Cobalah renungkan sabda Rasul Saw. yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari-Muslim berikut ini:

Barangsiapa membaca laa ilaaha illallaahu wahdahuu laa syariikalah, lahul mulku, walahul hamdu, wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir (tidak ada Tuhan selain Allah, Yang Maha Esa, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya kerajaan, dan bagi-Nya segala puji, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu) seratus kali dalam sehari, maka baginya pahala sama dengan memerdekakan sepuluh orang budak, baginya ditulis seratus kebaikan, dihapus seratus keburukan, dan baginya bacaan tersebut sebagai benteng dari setan pada hari itu sampai menjelang sore. Tidak ada seorang pun yang dapat memperoleh keistimewaan yang melebihinya, kecuali orang yang mengamalkan bacaan tersebut melebihinya.”

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam At-Tirmidzi dari Jarir bin Abdullah, Rasul Saw. bersabda:“Barangsiapa membaca subhanallaahi wabihamdihi (Maha Suci Allah dan bagi-Nya segala puji), maka baginya ditanamkan satu pohon kurma di dalam Surga.”

Suatu hari seorang lelaki datang menemui Hasan Al-Bashri. Kepadanya lelaki itu berkata, “Wahai Tuan, aku ingin bertanya kepadamu, mengapa hatiku menjadi keras seperti ini?” Hasan Al-Bashri menjawab, “Bila engkau ingin melunakkannya kembali, maka berdzikirlah.” 

Bersambung...

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar