Senin, 28 November 2022

Mengapa Yasinan dan Tahlilan?

Mungkin ada yang bertanya, “Mengapa kita yasinan dan tahlilan?” Jawabnya karena ada sebagian ulama yang membolehkan membaca surat Yasin kepada orang yang telah meninggal dunia. Hal ini sebagaimana yang, misalnya, disampaikan oleh Imam Shan’ani di dalam Subul as-Salam:

وَأَخْرَجَ أَبُوْ دَاوُدَ مِنْ حَدِيْثِ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارَ عَنْهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِقْرَاءُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس وَهُوَ شَامِلٌ لِلْمَيِّتِ بَلْ هُوَ الْحَقِيْقَةُ فِيْهِ -- سبل السلام بشرح بلوغ المرام، ج٢/١١٩

Hadits riwayat Abu Dawud dari Ma’qil ‘Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal’ ini, mencakup pada orang yang telah meninggal, bahkan hakikatnya adalah untuk orang yang meninggal. (Subul as-Salam Syarh Bulughul al-Maram, 2/119)

Bahkan jauh sebelum itu para ulama ahli hadits, seperti al-Hafizh as-Suyuthi, sudah menyampaikan pendapat ulama yang membolehkan membaca surat Yasin untuk para arwah.

وَقَالَ الْقُرْطُبِيْ فِيْ حَدِيْثِ إِقْرَاءُوْا عَلَى مَوْتَاكُمْ يس هَذَا يَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الْقِرَاءَةُ عِنْدَ الْمَيِّتِ فِيْ حَالِ مَوْتِهِ وَيَحْتَمِلُ أَنْ تَكُوْنَ عِنْدَ قَبْرِهِ قُلْتُ وَبِالْأَوَّلِ قَالَ الْجُمْهُوْرُ كَمَا تَقَدَّمَ فِيْ أَوَّلِ الْكِتَابِ وَبِالثَّانِيْ قَالَ إِبْنُ عَبْدِ الْوَاحِدِ الْمَقْدِسِي فٍي الْجُزْءِ الَّذِيْ تَقَدَّمَتِ الْإِشَارَةُ إِلَيْهِ وَبِالتَّعْمِيْمِ فٍي الْحَالَيْنِ قَالَ الْمُحِبُّ الطَّبَرِيُّ مِنْ مُتَأَخِّرِيْ أَصْحَابِنَا وَفِي اْلإِحْيَاءِ لِلْغَزَالِي وَالْعَاقِبَةِ لِعَبْدِ الْحَقِّ عَنْ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلَ قَالَ إِذَا دَخَلْتُمُ الْمَقَابِرَ فَاقْرَءُوْا بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ وَاجْعَلُوْا ذَلِكَ لِأَهْلِ الْمَقَابِرِ فَإِنَّهُ يَصِلُ إِلَيْهِمْ -- شرح الصدور بشرح حال الموتى والقبور، ج١/٣٠٤

Al-Qurthubi berkata mengenai hadits ‘Bacalah Yasin di dekat orang-orang yang meninggal,’ bahwa hadits ini bisa jadi dibacakan di dekat orang yang akan meninggal dan bisa jadi yang dimaksud adalah membacanya di kuburnya. Saya (as-Suyuthi) berkata, ‘Pendapat pertama disampaikan oleh mayoritas ulama. Pendapat kedua oleh Ibnu Abdul Wahid al-Maqdisi dalam salah satu kitabnya dan secara menyeluruh keduanya dikomentari oleh Muhib ath-Thabari dari kalangan Syafi’iyah. Disebutkan dalam kitab Ihya al-Ghazali, dalam al-Aqibah Abdul Haq, mengutip dari Ahmad bin Hanbal , beliau berkata, Jika kalian memasuki kuburan, maka bacalah al-Fatihah, al-Mu’awwidzatain, al-Ikhlas, dan jadikanlah (hadiahkanlah) untuk penghuni makam, maka akan sampai pada mereka.’(Syarh as-Shudur, 1/304).

Imam al-Qurthubi, ulama ahli tafsir berpendapat bahwa semua hal yang baik adalah sedekah, dan sedekah sudah pasti bermanfaat bagi mayit.

قَالَ اْلإِمَامُ الْقُرْطُبِيْ رَحِمَهُ اللهُ، وَقَدْ أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى وُصُوْلِ ثَوَابِ الصَّدَقَةِ لِلْأَمْوَاتِ فَكَذَلِكَ الْقَوْلُ فِيْ قِرَاءَةِ الْقُرْآنِ وَالدُّعَاءِ وَاْلإِسْتِغْفَارِ إِذْ كُلٌّ صَدَقَةٌ بِدَلِيْلِ قَوْلُهُ عَلَيْهِ الصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ (رواه البخاري ومسلم). فَلَمْ يَخُصَّ الصَّدَقَةَ بِالْمَالِ -- مختصر تذكرة القرطبي: ٢٥

Imam al-Qurthubi berkata, Ulama sepakat sampainya pahala sedekah untuk orang mati, begitu pula dalam hal membaca al-Qur’an, doa dan istighfar, sebab semuanya adalah sedekah, berdasarkan sabda Nabi Saw : “Setiap kebaikan adalah sedekah” (HR al-Bukhari dan Muslim). Maka Nabi tidak mengkhususkan sedekah hanya dengan harta saja. (Mukhtashar Tadzkirah al-Qurthubi: 25).

Begitu pula dengan kalimat-kalimat dzikir, semuanya bernilai sedekah. Rasulullah Saw bersabda:

إِنَّ بِكُلِّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةً وَكُلِّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةَ وَكُلِّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةً - رواه مسلم

Sesungguhnya setiap tasbih adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah. (HR Muslim).

Tahlil juga tidak hanya populer di kalangan Syafi’iyah, di dalam madzhab Maliki pun mereka mengenalnya.

قَالَ الْقَرَافِيُّ وَالَّذِيْ يَظْهَرُ حُصُوْلُ بَرَكَةِ الْقُرْآنِ لِلْأَمْوَاتِ كَحُصُوْلِهَا بِمُجَاوَرَةِ الرَّجُلِ الصَّالِحِ، وَبِالْجُمْلَةِ فَلاَ يَنْبَغِيْ إِهْمَالُ أَمْرِ الْمَوْتَى مِنَ اْلقِرَاءَةِ وَلاَ مِنَ التَّهْلِيْلِ الَّذِيْ يُفْعَلُ عِنْدَ الدَّفْنِ، وَاْلإِعْتِمَادُ فِيْ ذَلِكَ كُلِّهِ عَلَى اللهِ تَعَالَى وَسِعَةِ رَحْمَتِهِ، وَذَكَرَ صَاحِبُ الْمَدْخَلِ أَنَّ مَنْ أَرَادَ حُصُوْلَ بَرَكَةِ قِرَاءَتِهِ وَثَوَابِهَا لِلْمَيِّتِ بِلاَ خِلاَفٍ فَلْيَجْعَلْ ذَلِكَ دُعَاءً فَيَقُوْلُ: اللَّهُمَّ أَوْصِلْ ثَوَابَ مَا أَقْرَؤُهُ لِفُلاَنٍ أَوْ مَا قَرَأْتُهُ، وَحِيْنَئِذٍ يَحْصُلُ لِلْمَيِّتِ ثَوَابُ الْقِرَاءَةِ وَلِلْقَارِئِ ثَوَابُ الدُّعَاءِ -- الفواكه الدواني للشيخ احمد بن غنيم بن سالم المالكي، ٣/٢٨٣

Al-Qarafi berkata: “Yang jelas berkah al-Qur’an akan didapat seperti mendapatkan berkah dengan makam yang berdekatan dengan orang saleh. Secara keseluruhan tidak dianjurkan untuk menomorduakan urusan orang mati dari bacaan al-Qur’an dan tahlil yang dilakukan saat pemakaman. Kesemuanya itu hanya berpedoman kepada Allah dan luasnya rahmat-Nya. Pengarang kitab al-Madkhal berkata bahwa barangsiapa yang ingin mendapatkan berkah bacaannya dan pahalanya untuk mayit, tanpa khilaf ulama, maka jadikan hal itu sebagai doa: “Ya Allah, sampaikanlah pahala yang akan saya baca untuk fulan.” Dengan demikian maka mayit mendapat pahala bacaan al-Qur’an dan pembaca mendapat pahala doa.”      

Demikianlah sedikit penjelasan. Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar