Minggu, 11 September 2022

Qunut Subuh

Khusus pada rakaat kedua shalat Subuh, setelah i’tidal disunnahkan membaca qunut. Imam al-Ghazali menjelaskan:

وَإِنْ كُنْتَ فِي فَرِيْضَةِ الصُّبْحِ فَاقْرَأْ الْقُنُوْتَ فِي الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ فِي اعْتِدَالِكَ - بداة الهداية : ٤٩

"Jika engkau sedang melaksanakan shalat fardhu Subuh, maka bacalah qunut pada rakaat kedua ketika i'tidal" (Bidayah al-Hidayah: 49).

Kesunnahan membaca qunut ini merupakan pendapat dalam madzhab Syafi'i yang juga merupakan pendapat para sahabat Nabi Saw. Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Nawawi dalam kitabnya al-Majmu':

مَذْهَبُنَا أَنَّهُ يُسْتَحَبُّ الْقُنُوْتُ فِيْهَا سَوَاءٌ نَزَلَتْ نَازِلَةٌ أَمْ لَمْ تَنْزِلْ وَبِهَذَا قَالَ أَكْثَرُ السَّلَفِ وَمَنْ بَعْدَهُمْ أَوْكَثِيْرٌ مِنْهُمْ وَمِمَّنْ قَالَ بِهِ أَبُوْ بَكْرٍ الصِّدِّيْقُ وَعُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ وَابْنُ عَبَّاسٍ وَالْبَرَاءُ بْنُ عَازِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ - المجموع، ج٣ ص٥٠٤   

"Dalam madzhab kita (madzhab Syafi'i) disunnahkan membaca qunut dalam shalat Subuh. Baik ada bala' (cobaan, bencana, azab, dll) maupun tidak, inilah pendapat kebanyakan ulama salaf dan setelahnya. Di antaranya adalah Abu Bakar al-Shiddiq, Umar Ibn Khaththab, Utsman, Ali, Ibn Abbas dan al-Bara' bin Azib ra." (al-Majmu', Juz I, halaman 504).  

Dalil yang bisa dijadikan acuan adalah hadits Nabi Saw:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ مَا زَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْنُتُ فِي الْفَجْرِ حَتَّى فَارَقَ الدُّنْيَا - رواه أحمد والدارقطني

"Diriwayatkan dari Anas Ibn Malik ra. Beliau berkata, "Rasulullah Saw senantiasa membaca qunut ketika shalat Subuh sehingga wafat." (Musnad Ahmad bin Hanbal, Juz III, halaman 162 [12679], Sunan al-Daruquthni, Juz II, halaman 39 [9]).

Sanad hadits ini shahih sehingga dapat dijadikan pedoman. Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu' menegaskan:

حَدِيْثٌ صَحِيْحٌ رَوَاهُ جَمَاعَةٌ مِنَ الْحُفَّاظِ وَصَحَّحُوْهُ وَمِمَّنْ نَصَّ عَلَى صِحَّتِهِ الْحَافِظُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَلِيِّ الْبَلْخِيِّ، وَالْحَاكِمُ أَبُوْ عَبْدِ اللهِ فِي مَوَاضِعًَ مِنْ كُتُبِ الْبَيْهَقِي وَرَوَاهُ الدَّارَقُطْنِي مِنْ طُرُقٍ بِأَسَانِيْدَ صَحِيْحَةٍ - المجموع ج٣ ص٥٠٤

"Hadits tersebut adalah shahih. Diriwayatkan oleh banyak ahli hadits dan mereka kemudian menyatakan keshahihannya. Di antara ulama yang menshahihkannya adalah al-Hafizh Abu Abdillah Muhammad bin Ali al-Balkhi serta al-Hakim Abu Abdillah di dalam beberapa tempat di dalam kitab al-Baihaqi. Al-Daruquthni juga meriwayatkannya dari berbagai jalur sanad yang shahih." (Al-Majmu', Juz III, halaman 504).

Di antara doa qunut yang warid (diajarkan langsung) oleh Nabi Saw diriwayatkan oleh Sayidina Hasan bin Ali bin Abi Thalib dan diriwayatkan oleh al-Nasa'i, Abu Dawud, Ibn Majah dan lainnya, (al-Taqrirat al-Sadidah fi al-Masail al-Mufidah, halaman 243-244), adalah:

اَللَّهُمَّ اهْدِنَا فِيْمَنْ هَدَيْتَ، وَعَافِنَا فِيْمَنْ عَافَيْتَ، وَتَوَلَّنَا فِيْمَنْ تَوَلَّيْتَ، وَبَارِكْ لَنَا فِيْمَا اَعْطَيْتَ، وَقِنَا شَرَّمَا قََضَيْتَ، فَاِ نَّكَ تَقْضِىْ وَلاَ يُقْضَى عَلَيْكَ، وَاِ نَّهُ لاَ يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ، وَلاَ يَعِزُّ مَنْ عَادَيْتَ، تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ، فَلَكَ الْحَمْدُ عَلَى مَا قَضَيْتَ، نَسْتَغْفِرُكَ وَنتُوْبُ اِلَيْكَ

[Allaahummahdinaa fiiman hadayt, wa 'aafinaa fiiman 'aafayt, watawallanaa fiiman tawallayt, wa baarik lanaa fiimaa a'thayt, waqinaa syarramaa qadhayt, fa-innaka taqdhii wa laa yuqdhaa 'alayk, wa-innahu laa yadzillu man waalayt, wa laa ya'izzu man 'aadayt, tabaarakta rabbanaa wata'aalayt, falakal hamdu 'alaa maa qadhayt, nastaghfiruka wa natuubu ilayk]

"Ya Allah, berikanlah kami petunjuk seperti orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah kami kesehatan seperti orang-orang yang telah Engkau beri kesehatan. Berilah kami perlindungan sebagaimana orang-orang yang telah Engkau beri perlindungan. Berilah berkah pada segala yang telah Engkau berikan kepada kami. Jauhkanlah kami dari segala kejahatan yang Engkau pastikan. Maha berkah Engkau dan Maha Melindungi. Sesungguhnya Engkau Dzat Yang Maha menentukan dan Engkau tidak dapat ditentukan. Tidak akan hina orang yang Engkau lindungi. Dan tidak akan mulia orang yang Engkau musuhi. Maha Berkah Engkau dan Maha Luhur Engkau. Segala puji bagi-Mu atas segala yang Engkau pastikan. Kami mohon ampun dan kami bertaubat kepada-Mu."

Setelah membaca qunut disunnahkan membaca shalawat. Yakni bacaan:

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

[Washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadinin Nabiyyil umiyyi wa 'alaa aalihi washahbihi wa sallam]

Syaikh Nawawi menjelaskan:

ثُمَّ يُصَلِّى وَيُسَلِّمُ عَلَى النَّبِيِّ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ آخِرَهُ وَلاَ يُسَنَّانِ أَوَّلَهُ لِعَدَمِ وُرُوْدِهِمَا. وَهُمَا "وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ النَّبِيِّ اْلاُمِّيِّ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ" - كاشفة السجا : ٧٢ 

"Setelah membaca qunut disunnahkan membaca shalawat dan salam kepada Nabi Saw, keluarga dan sahabatnya. Namun tidak disunnahkan pada awal sebelum membaca qunut karena tidak ada tuntunannya dari Nabi Saw. Bacaan shalawat dan salam itu adalah: "Washallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadinin Nabiyyil umiyyi wa 'alaa aalihi washahbihi wa sallam" (Mudah-mudahan shalawat dan salam Allah Swt selalu dilimpahkan kepada gusti kita Nabi Saw, Nabi yang ummi, serta kepada keluarga dan sahabatnya." (Kasyifah al-Saja: 72).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar