Al-Qasim melanjutkan, “Sampai suatu ketika di suatu perjalanan menuju Syam, kami makan malam di sebuah rumah. Tiba-tiba lampu mati. Lalu sebagian dari kami berdiri. Abdullah bin Al-Mubarak mengambil lampu. Ia keluar mencari penerangan, lalu diam beberapa saat, kemudian ia membawa lampu tersebut ke kami. Aku kemudian melihat wajah Abdullah bin Al-Mubarak, janggutnya basah dengan air matanya. Aku pun berkata di hatiku, dengan rasa takut itulah ia diutamakan Allah dari kami. Barangkali ketika lampu mati dan menjadi gelap, ia teringat pada hari Kiamat.”
Imam Ahmad bin Hanbal pernah berkata, “Allah tidak mengangkat derajat Abdullah bin Al-Mubarak kecuali dengan sesuatu yang tersembunyi yang ada dalam dirinya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar